FEMINIA-Tepat 200 tahun lalu, pendiri label Louis Vuitton, Monsieur Louis Vuitton lahir. Louis Vuitton, yang oleh majalah Forbes didapuk sebagai label barang mewah paling berharga pada 2020, juga dimulai dari seseorang yang memiliki kehidupan sederhana.
Louis Vuitton lahir pada 1821 di Anchay, Jura, Prancis di sebuah keluarga perajin kayu. Saat usia 14 tahun, tanpa uang saku dan berjalan kaki, ia memutuskan untuk pergi ke Paris.
Sampai di Paris dua tahun kemudian, ia dipekerjakan oleh Romain Marechal, seorang pembuat trunk dan ahli pengepakan barang.
Kemudian, Vuitton meninggalkan bisnis milik Marechal dan membuka toko pertamanya di Rue Neuve des Capucines (sekarang Rue Capucines).
Ia mendirikan perusahaan tersebut pada 1854 dan membuka butik pertamanya di Paris. Pada 1867, ia mulai mengikuti World's Fair yang pertama, atau Exposition Universelle, yang membuat karyanya semakin dikenal.
Dia menciptakan slatted trunk, atau peti yang dibuat dari konstruksi papan, dengan bahan yang disebut lozine yang berbahan dasar kayu, lengkap dengan emboiture, yakni ujung-ujung peti yang terbuat dari berbagai logam seperti besi dan aluminium yang menjadikannya anti penyok.
Kala itu, trunk yang ada di pasaran memiliki tutup melengkung yang sulit untuk ditumpuk. Namun Louis mulai mendesain trunk dengan tutup datar, sehingga bisa ditumpuk dan dilapisi kanvas berlapis agar tahan air.
Karya tersebut ia beri nama Aero, Aviette, dan Restrictive. Peti-peti itu kemudian dibuat dan dipasarkan sebagai unsinkable atau tidak dapat tenggelam, mengingat kala itu peti-peti sering dibawa bepergian melalui laut.
Louis, Georges dan Gaston-Louis Vuitton (berpose berbaring di atas trunk bed) berpose dengan pekerja pabrik di depan van pengiriman yang ditarik kuda di Asnières, 1888. (Arsip Louis Vuitton)
Pada 1885, atas usulan dari Georges Ferréol Vuitton, sang anak, Louis membuka butik pertama di London Oxford Street.
Setelah lima tahun mengembangkan bisnisnya, ia memindahkan workshop-nya ke Asnières sur Seine pada 1859 di sebuah jalan yang kini bernama Rue Louis Vuitton.
Inovasi yang ia tuangkan dalam kreasinya menjadi fondasi bagi perusahaan hingga kini, termasuk simbol dan ikonografis. Saat ini, banyak label yang menggunakan simbolisme sebagai strategi marketing yang lazim.
Dalam perjalanan Louis Vuitton, ide pembuatan sebuah simbol dan ikonografi yang mudah dikenal, monogram dan Damier diawali dari karya anak Louis Vuitton, Georges.
Pada 1888, Damier kanvas, yang terlihat seperti motif papan catur, dibuat untuk menghindari imitator. "Marque L. Vuitton Deposee" juga ditulis untuk menunjukkan hak cipta yang terdaftar.
Bunga berdaun empat dari monogram adalah detail arsitektur yang muncul di banyak monumen keagamaan dan sipil dari era abad pertengahan, Gotik, dan neo-gotik. Dan Georges Vuitton lantas menjadikannya motif penting Vuitton pada 1896.
Selama 1908 Motor Show, Louis menciptakan auto-camper, sebuah mobil dengan pintu belakang yang memiliki fungsi sebagai sink dan cermin, lemari dengan empat koper, toiletries kit, serta kotak P3K. Mobil ini juga bisa dibuka menjadi kamar tidur dan ruang makan, dengan bar dan tempat tidur tambahan di atap.
Dua tahun setelahnya, Louis Vuitton ditugaskan oleh Cambridge University Press untuk menciptakan trunk perpustakaan yang memuat 29 volume dari edisi kesebelas Encyclopedia Britannica. Sebanyak seribu trunk dibuat untuk pelanggan ensiklopedia ini.
Pada 1927, Louis Vuitton meluncurkan parfum pertamanya, Heures d'absence, dinamai sesuai dengan rumah musim panas milik Gaston-Louis Vuitton.
Selain trunk, Louis Vuitton juga dikenal sebagai pembuat tas. Never Full yang muncul pertama kali di era 1890-an.
Setelah itu, Steamer pada 1901, Squire, Speedy (yang dulunya disebut Express), Keepal bag pada 1930, Alma, Duffel, Never Full, Noe, hingga Capucine menjadi sederet kreasi Louis Vuitton yang masih eksis hingga saat ini, dan muncul di setiap musim dengan berbagai variasi.
Selain sebagai inovator, Louis Vuitton juga dikenal memiliki daftar klien yang mirip dengan persepsi Louis Vuitton saat ini: berpengaruh, variatif, terkenal, dan populer, mulai dari raja dan bangsawan, presiden dan perdana menteri, seniman, desainer, penulis, aktor, musisi, hingga penjelajah dan atlet.
Di masa lalu, Empress Eugenie, Charles Frederick Worth, Marcel Duchamp, couturier mulai dari Jean Patou, Jeanne Lanvin, Coco Chanel, hingga Yves Saint Laurent, Ernest Hemingway, Albert Khan, dan Audrey Hepburn disebut menjadi klien Louis Vuitton. Kini, praktis hampir setiap selebriti menjadi klien mereka.
Bernard Arnault--kini menjadi orang yang terkaya di Prancis-- mengambil alih Louis Vuitton pada 1987 dan menciptakan konglomerasi LVMH. Dia mengambil langkah-langkah penting seperti menggaet Marc Jacobs pada 1997 sebagai desainer lini siap pakai, dan melakukan ekspansi yang menjadikan Louis Vuitton label kelas dunia.
Dimulai dari sebuah butik di Paris pada 1854, kini Louis Vuitton memiliki tak kurang dari 460 butik yang tersebar di 50 negara.
Kini, sisi kreatif Louis Vuitton dikepalai oleh Nicolas Ghesquière untuk womenswear, Virgil Abloh untuk menswear, dan Francesca Amfitheatrof untuk jam dan perhiasan, dengan bisnis pembuatan trunk yang masih ada hingga saat ini.
Luncurkan gim
Sebagai bagian dari perayaan ulang tahun ke-200 sang pendiri, Monsieur Louis Vuitton, rumah mode ini meluncurkan Louis The Game.
Louis The Game menawarkan petualangan penuh aksi melalui enam dunia imajiner. Gim ini menampilkan Vivienne, maskot Louis Vuitton yang melakukan perjalanan jauh untuk mencapai tujuan, sebuah perayaan ulang tahun yang meriah.
Sepanjang jalan, karakter ini harus mengumpulkan lilin monogram sebanyak mungkin, selain kunci yang mengakses setiap level. Mengintegrasikan teknologi blockchain terbaru, gim ini juga akan menyertakan 30 non-tangible token atau NTF, dengan 10 dibuat oleh seniman digital yang dikenal sebagai Beeple.
Kolaborasi dengan Mike "Beeple" Winklemann, seniman hidup dengan karya paling mahal ke-3 di dunia, adalah yang kedua kalinya dengan Louis Vuitton. Sebelumnya, untuk koleksi womenswear musim panas 2019, ia digandeng oleh Nicolas Ghesquière untuk menciptakan motif yang berbasis dari karya-karya seninya.
Dimulai di hutan Louis, player akan mengarahkan Vivienne melalui Kota Bercahaya, Kerajaan Petualangan, Pulau Monogram, Metropolis Sunshine, dan Ulang Tahun Extravaganza - lokasi impian yang mirip dengan Paris, Beijing, London, New York, dan banyak lagi.
"Kisah Louis yang semakin dewasa, tentang seorang pemimpin alami yang berani mengambil risiko, inovatif, mendefinisikan Maison yang ia dirikan dan memajukan kita ke masa depan. Melalui inisiatif yang disruptive dan dinamis dari Louis 200, kami dapat menghargai bagaimana Louis adalah figur pada masanya - dan juga masa kini," ujar Michael Burke, CEO Louis Vuitton melalui keterangannya.(mr/cnn)