Beauty

[Beauty][bsummary]

Health

[Health][bsummary]

Fashion

[Fashion][bsummary]

Lifestyle

[Lifestyle][twocolumns]

Celebrity

[Celebrity][bleft]

Parenting

[Parenting][bsummary]

Community

[Community][bsummary]

Enterpreuner

[Enterpreuner][twocolumns]

Culinary

[Culinary][bsummary]

Travelling

[Travelling][twocolumns]

Studi Ungkap Kaitan Bermain Smartphone dengan Kenaikan Berat Badan



FEMINIA-Studi baru menemukan hubungan antara penggunaan smartphone dan pola makan. Orang yang lebih sering menggunakan ponsel pintar memiliki kecenderungan untuk mengonsumsi makanan olahan yang lebih banyak.

Penelitian yang dipresentasikan dalam gelaran Nutrition 2021 Live Online ini menganalisis data lebih dari 53 ribu remaja Korea Selatan. Mereka menemukan bahwa remaja yang menggunakan smartphone lebih dari dua jam per hari lebih mungkin untuk mengonsumsi lebih banyak makanan olahan dan lebih sedikit buah serta sayuran, dibandingkan remaja yang jarang bermain dengan smartphone.
Selain itu, remaja yang menghabiskan lebih dari tiga jam per hari dengan ponsel pintarnya juga ditemukan lebih mungkin mengalami kelebihan berat badan atau obesitas. Hal yang sama juga terjadi pada remaja yang menggunakan ponsel untuk bermain gim, menonton video, mendengarkan musik, atau membaca novel digital.

Tak hanya itu, remaja yang menghabiskan setidaknya lima jam bersama ponsel pintarnya selama sehari lebih mungkin mengonsumsi minuman manis berkarbonasi dan makanan cepat saji.

Responden yang menggunakan ponsel untuk mencari informasi memiliki pola makan yang lebih sehat dibandingkan responden yang menggunakan ponsel untuk mengobrol, bermain gim, menonton video, mendengarkan musik, atau sekadar terhubung di media sosial.

Hasil penelitian ini tak terlalu mengejutkan para ahli. Betapa tidak, waktu dapat berlalu dengan cepat saat sedang bermain ponsel pintar. Kebiasaan makan saat sedang menggunakan ponsel pintar juga membuat seseorang tak memperhatikan jumlah makanan yang dikonsumsi.

"Saat kita tidak sadar tentang makan kita, kita cenderung makan berlebih. Kita mengemil tanpa berpikir, atau makan terlalu cepat yang tidak memberikan cukup waktu bagi sistem pencernaan untuk memberi sinyal ke otak bahwa kita sudah kenyang," ujar ahli penurunan berat badan, Christina Brown, mengutip Healthline.

Brown juga mengatakan, pandemi berkontribusi terhadap hal tersebut. Pembatasan jarak sosial membuat banyak orang harus selalu menggunakan gawai untuk sekolah, belajar, dan berinteraksi.

Penelitian juga menyoroti dampak pemasaran makanan tidak sehat yang menargetkan remaja juga bisa menambah masalah.(mr/cnn)