Beauty

[Beauty][bsummary]

Health

[Health][bsummary]

Fashion

[Fashion][bsummary]

Lifestyle

[Lifestyle][twocolumns]

Celebrity

[Celebrity][bleft]

Parenting

[Parenting][bsummary]

Community

[Community][bsummary]

Enterpreuner

[Enterpreuner][twocolumns]

Culinary

[Culinary][bsummary]

Travelling

[Travelling][twocolumns]

Menghirup Udara Segar di Kwatisore, Desa Bebas Kendaraan Bermotor



FEMINIA-Selain Raja Ampat, Papua juga memiliki sejumlah destinasi wisata alam yang sangat menarik untuk dikunjungi. Salah satunya adalah Desa Kwatisore yang terletak di Taman Nasional Teluk Cendrawasih, Nabire, Papua.

Desa Kwatisore paling pas dikunjungi mulai pagi hingga siang hari karena seringnya hujan yang turun di sore hari sekalipun tengah memasuki musim kemarau. Ini juga yang menjadi alasan desa ini dinamai 'Kwatisore', yang berasal dari kata 'khawatir' dan 'sore', di mana penduduk selalu merasa khawatir saat sore tiba.

Mengutip dari laman Travel Detik, Desa Kwatisore adalah desa bebas kendaraan bermotor. Tak heran jika udara di desa ini begitu bersih dan bebas polusi asap kendaraan.

Tak hanya bersih dari asap polusi, pengunjung yang datang ke Desa Kwatisore akan disuguhi deretan rumah-rumah warga yang tersusun rapi. Penduduk di desa ini juga dikenal ramah dan sering menghabiskan waktu dengan bercengkrama sepulang dari bekerja.

Sebagian besar penduduk Kwatisore memiliki pekerjaan sebagai nelayan tradisional. Mereka menggunakan kole-kole (longboat) untuk menangkap ikan di laut.

Mengutip dari laman Destinasi Pariwisata, Desa Kwatisore juga merupakan tempat yang sangat cocok untuk melihat spesies hiu laut. Kawanan hewan berukuran besar ini sering muncul di sekitar perairan.

Tak hanya itu, hewan pemakan organisme planktonik ini bahkan sering muncul di samping perahu nelayan sehingga mereka kerap disebut sebagai 'ikan hantu'. Pengunjung yang ingin melihat aksi ikan hantu dari dekat bisa menyewa kapal nelayan lalu tinggal menunggu ikan datang.

Jika masih kurang puas, pengunjung juga bisa berenang di sekitar hiu paus karena mereka dikenal sebagai ikan besar yang jinak. Jika tidak pandai berenang, pengunjung tetap bisa terhibur dengan menyaksikan aksi anak-anak di Desa Kwatisore berenang dan bermain bersama ikan hiu paus.

Pemandangan unik ini rupanya menjadi kebiasaan tersendiri di Desa Kwatisore. Warga bahkan telah menganggap ikan hiu paus sebagai bagian dari adat mereka. Warga pun melarang siapa pun memburu bahkan memakan ikan tersebut.

Tak heran jika banyak komunitas pencinta lingkungan dan satwa liar yang sering datang ke lokasi ini untuk ikut menjaga pelestarian satwa hiu laut.

Di samping melestarikan satwa laut, warga desa juga membudidayakan anggrek khas Papua yang mulai punah. Anggrek-anggrek cantik tersebut diambil langsung oleh warga dari dalam hutan agar bisa dikembangbiakan. Hasilnya, deretan anggrek aneka warga menghiasi rumah-rumah warga di desa ini.(mr/cnn)