FEMINIA-Ibu hamil yang terinfeksi virus corona penyebab Covid-19 berisiko tinggi mengalami komplikasi hingga kematian.
Hal tersebut ditemukan dalam studi yang diterbitkan dalam jurnal JAMA Pediatrics pada Kamis (22/4). Studi menemukan, ibu hamil positif Covid-19 dari 18 negara berisiko tinggi mengalami berbagai masalah kesehatan seperti preeklamsia dan kemungkinan untuk menjalani perawatan intensif akibat Covid-19.
Tak hanya itu, studi juga menemukan risiko kematian ibu hamil akibat Covid-19. Risiko kematian ditemukan 22 kali lebih tinggi dari ibu hamil yang tidak terinfeksi.
Selain itu, bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi SARS-CoV-2 juga berisiko lahir secara prematur dengan berat badan lahir rendah.
Studi yang dilakukan selama Maret-Oktober 2020 ini melibatkan lebih dari 2 ribu ibu hamil di 18 negara, termasuk Indonesia. Studi ini diyakini sebagai studi terbesar yang mencoba mencari dampak Covid-19 pada ibu hamil.
Dari sebanyak 2.130 ibu hamil yang masuk dalam penelitian, sebanyak 706 di antaranya didiagnosis dengan Covid-19. Peneliti kemudian membandingkan kehamilan di antara kedua kelompok.
Hampir 60 persen ibu hamil yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala Covid-19 seperti demam, batuk, dan tanda lainnya.
"Namun, para ibu hamil itu berisiko lebih tinggi mengalami hasil yang buruk, seperti preeklamsia atau eklamsia, infeksi yang parah, membutuhkan perawatan intensif, hingga kematian," ujar dokter anak sekaligus salah satu peneliti, Catherine Mary Healy, melansir CNN.
Preeklamsia merupakan komplikasi kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi dan tanda-tanda kerusakan pada sistem organ lain seperti hati dan ginjal. Sementara eklamsia merupakan komplikasi parah dari preeklamsia yang menyebabkan kejang.
Studi juga menemukan, ibu hamil positif Covid-19 yang mengalami kelebihan berat badan atau mengidap komorbid hampir empat kali lebih mungkin mengembangkan preeklamsia.
Pertanyaannya, mengapa ibu hamil yang terinfeksi Covid-19 berisiko tinggi mengalami berbagai masalah kesehatan seperti komplikasi hingga kematian? Salah satu alasannya adalah kapasitas paru-paru yang menurun seiring pertumbuhan bayi.
"Anda [ibu hamil] dapat mengembangkan gangguan pernapasan," ujar ahli ginekologi, Kjersti Aagaard.
Selain itu, Aagaard juga mengatakan, jantung ibu hamil memompa 1,5 kali lebih keras dari biasanya untuk menyediakan darah yang cukup untuk bayi dan plasenta.
"Pompa jantung berlebih, yang kita sebut sebagai cardiac output lebih tinggi, juga membuat ibu hamil berisiko mengalami gangguan jantung, yang bisa bermanifestasi sebagai faktor risiko yang dapat memperburuk Covid-19," jelas Aagaard.
Ibu hamil juga cenderung memiliki sistem kekebalan tubuh yang tinggi untuk melindungi janin yang sedang berkembang. Kondisi ini dapat menyebabkan badai sitokin dan membuat ibu hamil perlu mendapatkan perawatan intensif.(fm/cnn)