Beauty

[Beauty][bsummary]

Health

[Health][bsummary]

Fashion

[Fashion][bsummary]

Lifestyle

[Lifestyle][twocolumns]

Celebrity

[Celebrity][bleft]

Parenting

[Parenting][bsummary]

Community

[Community][bsummary]

Enterpreuner

[Enterpreuner][twocolumns]

Culinary

[Culinary][bsummary]

Travelling

[Travelling][twocolumns]

Cerita di Balik Kolak, Si Manis yang Jadi Ikon Takjil



FEMINIA-Saat buka puasa, kolak langsung jadi buruan. Rasanya yang manis dan gurih serta tekstur isian yang lembut dan pastinya legit seolah bisa menghilangkan dahaga dan lapar setelah seharian berpuasa.

Entah kapan dimulainya, kolak jadi ikon takjil atau menu berbuka puasa. Ketika bulan Ramadan tiba, kolak pun ikut muncul dan makin mudah ditemukan.

Sebenarnya apa hubungan antara kolak dengan bulan Ramadan? Bagaimana asal-usulnya?

"Makanan tradisional di bidang gastronomi memang tidak persis sama dengan satu garis sejarah. Makanan tradisional di Indonesia pun cukup kaya dan berkembang di berbagai masyarakat, serta daerah, sehingga akan menjadi cerita yang beragam jika kita berbicara tentang sejarah suatu makanan," ucap Executive Chef The Ritz-Carlton Jakarta, Pacific Place, Sean Macdougall diwartakan CNN Indonesia.com.

Kolak merupakan makanan penutup khas Indonesia dengan bahan dasar gula aren atau gula merah, santan, dan berbagai tambahan lainnya.

Merunut akarnya, kolak nyatanya bukan sekadar makanan biasa. Di balik manisnya kolak, ada arti yang lebih mendalam bahkan punya makna religius.

"Banyak cerita urban dari Tanah Jawa mengatakan bahwa kata Kolak berasal dari kata resapan "Khalik" yang dalam bahasa Arab berarti "Tuhan," katanya.

"Ini adalah cara yang digunakan Sunan saat mereka berbagi tentang pengetahuan Islam. Makanan ini diberi nama Kolak agar masyarakat selalu mengingat Tuhan atas
apa yang telah Dia berikan, salah satunya adalah sajian Kolak yang disantap saat Ramadan."

Hanya saja, ada juga cerita lain soal takjil kolak. Seorang Arkeolog senior mengatakan bahwa itu hanya sebuah cerita.

Seorang arkeolog menyebut bahwa nama kolak ini merujuk pada kata dalam bahasa Jawa yaitu Kula. Kula berarti perkumpulan.

"Jika kita melihat satu baris kata, Kolak bisa juga merujuk pada "Kula" dalam Jawa Kuno, yang berarti "perkumpulan."

"Jadi dinamai Kolak karena merupakan kumpulan dari beberapa item dalam satu mangkuk."

Hanya saja dalam perkumpulan aneka isian yang bercampur-campur ini, ada makna isian kolak yang dikaitkan dengan ajaran Islam.

Kolak pisang misalnya. Isian pisang khususnya pisang kepok juga dianggap punya makna yang terkait Islam. Kepok diasosiaikan dengan kata kapok atau jera yang berarti peringatan untuk jera berbuat dosa.

Tak cuma pisang yang disebut punya ikatan erat dengan makna religius kolak. Ubi, isian kolak populer lainnya juga punya filosofi mendalam. Ubi atau telo pendem mengisyaratkan manusia untuk selalu ingat dengan kematian dan dikubur (dipendem) dalam tanah.

Sedangkan santan atau santen dianggap menggambarkan permintaan maaf seseorang. Santen disebut berasal dari kata pangapunten atau maaf.

Variasi kolak

Seperti diungkapkan Macdougall, dalam perkembangannya setiap daerah punya kreativitas dengan isiannya sehingga varian kolak pun makin bervariasi.

Tak cuma pisang, kolak tradisional lain juga memiliki banyak ragam. Kolak pisang pun tak cuma berisi pisang semata tapi berbagai pelengkap lainnya.

"Ada beberapa bahan yang bisa digunakan di kolak seperti ubi, bubur sumsum, kacang hijau, mutiara (pacar cina) dan masih banyak lagi," ucapnya.

Biji salak yang juga sering disebut sebagai candil pun termasuk varian kolak yang populer dan banyak disukai. Bentuknya yang bulat menggemaskan bak boba tapioka tradisional dengan rasa yang manis dan teksturnya empuk memberikan sensasi lebih saat menyantapnya.(mr/cnn)