Beauty

[Beauty][bsummary]

Health

[Health][bsummary]

Fashion

[Fashion][bsummary]

Lifestyle

[Lifestyle][twocolumns]

Celebrity

[Celebrity][bleft]

Parenting

[Parenting][bsummary]

Community

[Community][bsummary]

Enterpreuner

[Enterpreuner][twocolumns]

Culinary

[Culinary][bsummary]

Travelling

[Travelling][twocolumns]

Cerita Christine Ha, Koki Tunanetra yang Ekspresikan Diri Lewat Memasak



FEMINIA-Bagi Christine Ha, makanan enak lebih dari sekadar kesenangan. Begitu pula dengan memasak, yang dianggapnya sebagai cara mengekspresikan diri.

"Dalam memasak, akan selalu ada cinta," ujar Ha, melansir CNN.

Christine Ha merupakan seorang koki tunanetra atau yang biasa dikenal dengan julukan 'The Blind Chef' atau 'The Blind Cook'. Pada 2012 lalu, Ha sempat menjadi pemenang ajang memasak MasterChef.

Keinginan memasak itu muncul dalam diri Ha sejak awal usia 20-an. Tak pernah sedikit pun terpikirkan olehnya untuk menjadi seorang koki.

Tapi, dia rindu masakan mendiang ibunya di Vietnam. Rasa rindu itu-lah yang mendorongnya untuk memasak. Dia memasak untuk membangun memori akan sang ibu.

Dalam prosesnya, Ha belajar memasak sendiri. Keterampilan itu terus diasahnya meski penglihatannya mulai memudar.

Setelah empat tahun menjalani berbagai tes dan pemeriksaan, Ha didiagnosis neuromyelitis optica. Nama terakhir merupakan kondisi autoimun yang memengaruhi saraf optik atau penglihatan.

Penglihatan Ha bak cermin berkabut setelah mandi air panas. Ha masih bisa melihat bayangan, cahaya redup, dan warna yang kontras, tapi dengan penuh kabut.

Ha pun belajar menggunakan tongkat, membaca braille, dan menggunakan teknologi pembaca layar. Dua juga tentu beradaptasi secara mental.

"Itu benar-benar tentang mengubah pola pikir saya agar merasa bahwa saya tetap bisa melakukan sesuatu," kata Ha.

Dengan kondisi sedemikian rupa, dapur milik Ha tentu tertata dengan rapi. Semua alat ditaruh di tempatnya masing-masing, sama halnya dengan penyimpanan bumbu. Setiap barang diberi label dengan menggunakan huruf braille dan kenop kompornya memiliki stiker berupa tonjolan kecil untuk memberitahu tingkat panas.

"Saya harus menggunakan indera pendengaran, indera peraba, indera penciuman, untuk mengetahui apa yang terjadi di sekitar saya dan mengarahkan saya di dapur," ujar Ha.

Waktu terus berlalu, hingga akhirnya beberapa teman dan keluarga mendorong Ha untuk mengikuti audisi ajang MasterChef. Kala itu, Ha sedang menjalani pendidikan pascasarjana di bidang penulisan kreatif.

Saat itu, Ha berpikir bahwa maju ke ajang memasak akan jadi konten unik untuk dijadikannya sebuah tulisan. Tapi, apa lacur, yang terjadi malah sebaliknya. Apa yang Ha masak selalu membuat para juri terpukau.

"Saya pergi cukup lama untuk syuting, dan saya berhasil melewati tantangan demi tantangan. Sangat mengejutkan," ujar Ha, sebagai kontestan tunanetra pertama di program tersebut.

Sejak memenangkan MasterChef 2012, Ha menulis buku memasak. Dia juga pernah menjabat sebagai juri di MasterChef Vietnam. Pada tahun 2014, Ha menjadi koki pertama yang mendapat penghargaan Helen Keller Personal Achievement Award dari American Foundation for the Blind.

Kini, Ha telah membuka restoran pertamanya, The Blind Goat. Restoran itu berkonsep kasual di Houston, Amerika Serikat, yang disebutnya sebagai 'gastropub modern ala Vietnam'. Di sana dia menghadirkan menu-menu yang terinspirasi oleh jajanan kaki lima di Asia Tenggara.

Dengan segala keseriusannya, Ha berjuang menentang ekspektasi orang lain. Ha mencoba membuktikan pada orang lain bahwa dirinya memiliki tekad untuk terus manantang dirinya sendiri dan perspektif orang lain tentang kelompok tunanetra.(mr/cnn)