Beauty

[Beauty][bsummary]

Health

[Health][bsummary]

Fashion

[Fashion][bsummary]

Lifestyle

[Lifestyle][twocolumns]

Celebrity

[Celebrity][bleft]

Parenting

[Parenting][bsummary]

Community

[Community][bsummary]

Enterpreuner

[Enterpreuner][twocolumns]

Culinary

[Culinary][bsummary]

Travelling

[Travelling][twocolumns]

Vaksin Covid-19 Pertama dan Kedua Beda Merek, Bolehkah?



FEMINIA-Vaksin corona AstraZeneca telah tiba di Indonesia pada Senin (8/3). Vaksin ini bakal digunakan pemerintah untuk program vaksinasi gratis.

Rencananya, total akan ada empat merek vaksin yang digunakan untuk program vaksinasi gratis, yakni Sinovac, AstraZeneca, Pfizer, dan Novavax. Sementara merek vaksin lainnya akan digunakan untuk program vaksinasi gotong royong atau mandiri.

Ragam merek vaksin ini pun mengarah pada pertanyaan, apakah boleh melakukan vaksinasi dua dosis dengan merek yang berbeda? Artinya, vaksin dosis pertama dan dosis kedua menggunakan vaksin dari dua merek berbeda.

Ahli pulmonologi, dr Erlang Samoedro mengatakan bahwa sebaiknya, vaksinasi dosis pertama dan kedua dilakukan dengan menggunakan merek vaksin yang sama. Jika menggunakan vaksin yang berbeda merek pada dosis kedua, lanjutnya, ada baiknya menggunakan vaksin yang terbuat dari bahan yang sama.

"Kalau merek berbeda tapi bahan dasarnya sama, oke, enggak masalah," kata Erlang melalui pesan singkat pada CNNIndonesia.com, Selasa (9/3).

Tujuan vaksin kedua, lanjutnya, merupakan booster imun. Jika vaksin kedua menggunakan bahan dasar yang berbeda, maka fungsi pendorong imun tubuh tak bisa didapatkan.

Senada dengan Erlang, Jubir Vaksinasi Covid-19 dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Lucia Rizka Andalusia mengatakan, penggunaan vaksin beda merek sah-sah saja selama menggunakan bahan baku yang sama. Penggunaan beda merek dengan bahan dasar yang berbeda akan membuat antibodi tidak terbentuk optimal.

"Contoh [vaksin yang sama bahan] vaksin CoronaVac [Sinovac] dengan vaksin Covid-19 produksi Biofarma," imbuhnya.

Akan tetapi, Jubir Vaksinasi Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, memberikan pertimbangan berbeda. Menurutnya, penggunaan vaksin beda merek akan menyulitkan deteksi KIPI atau kejadian ikutan pasca-imunisasi.

"Susah nanti kalau ada KIPI, untuk menentukan KIPI ini akibat vaksin yang mana saja," katanya saat dihubungi secara terpisah.[fm/cnn]