Beauty

[Beauty][bsummary]

Health

[Health][bsummary]

Fashion

[Fashion][bsummary]

Lifestyle

[Lifestyle][twocolumns]

Celebrity

[Celebrity][bleft]

Parenting

[Parenting][bsummary]

Community

[Community][bsummary]

Enterpreuner

[Enterpreuner][twocolumns]

Culinary

[Culinary][bsummary]

Travelling

[Travelling][twocolumns]

Menjejaki Misfat al-Abriyeen, Desa di Oman yang Terkenal dengan Kisah Jinnya



FEMINIA-Bertengger di puncak gunung Oman, Desa Misfat al-Abriyeen berusaha mendulang keuntungan dengan mengubah bangunan rumah dari batu bata berbahan lumpur menjadi hotel butik, demi menarik kedatangan wisatawan ke wilayah yang terkenal dengan jalur pendakian dan kisah jinnya ini.

Desa dengan 800 penduduk, yang terletak di lereng dramatis "Grand Canyon" Oman, membuka jalan sempitnya enam tahun lalu bagi wisatawan domestik dan mancanegara yang mencari petualangan di gurun dan sudut hijau kesultanan Teluk.

Penduduk desa bernama Yacoub al-Abri mengatakan semuanya dimulai pada 2010, ketika pamannya menyarankan agar mereka membereskan "rumah-rumah lumpur" yang telah terbengkalai selama bertahun-tahun di pemukiman kuno yang berjarak sekitar tiga jam perjalanan kendaraan bermotor dari ibu kota Muscat.

Pemiliknya telah meninggalkan rumah yang telah berusia berabad-abad itu, karena khawatir runtuh, dan telah pindah ke desa lain yang pemukimannya berupa bangunan baru dengan struktur yang modern.

Idenya adalah "untuk menggabungkan lingkungan sederhana dan alami dari kehidupan kuno Oman dengan sentuhan modern yang memberikan kenyamanan dan keamanan," kata Abri kepada AFP, seperti yang dikutip pada Senin (1/3).

Rumah berdinding krem, terbuat dari batu bata lumpur dengan atap pelepah lontar, diubah menjadi penginapan sederhana namun elegan dilengkapi dengan kayu dan tekstil tradisional.

Lima tahun setelah ide itu dirancang, hotel butik pertama keluarga tersebut berdiri dan beroperasi, menginspirasi tetangga dan penduduk desa di tempat lain di Oman untuk mengikuti jejak mereka.

"Kami mulai dengan lima kamar saja, lalu kami tambah jumlahnya dan beli rumah-rumah tua lainnya. Saat ini kami punya 15 kamar dan ada rencana untuk terus berkembang hingga mencapai 50 kamar," kata Abri.

Pegunungan dan jin

Misfat al-Abriyeen memiliki elemen yang tepat untuk berkembang.

Di ketinggian lebih dari 1.000 meter di atas permukaan laut, desa kecil yang merupakan rumah bagi suku Abri ini merupakan kumpulan rumah tradisional menawan yang terletak di sepanjang puluhan gang kecil, yang dipenuhi tanaman pisang dan pohon jeruk dan palem.

Ini adalah bagian dari wilayah yang dikenal sebagai Grand Canyon of Oman di mana wisatawan dapat mendaki gunung dan lembah berbatu, dan mengenal budaya tradisional masyarakat setempat.

Tetapi wilayah ini juga terkenal dengan cerita jin berusia berabad-abad yang masih sering diceritakan di desa-desa serupa di seluruh negeri, meskipun modernisasi telah berlangsung selama setengah abad.

"Bermalam di sini seperti perjalanan menuju dunia yang tenang dan damai," kata Abri, dengan dishdasha putih dan sorban tradisionalnya yang berwarna-warni.

"Bahkan makanan yang disediakan di sini dimasak di rumah-rumah penduduk desa."

Menurut pemilik hotel, 5.500 turis dari Jerman, Prancis, Teluk, dan sekitarnya telah bermalam di butiknya pada 2019, dengan tingkat hunian tahunan 90 persen, dibandingkan dengan hanya 800 selama tahun pertama bisnis pada 2015.

Tarif di bekas rumah berusia berabad-abad bervariasi antara $ 90 dan $ 180 per malam, tergantung pada ruangan dan musim.

Gerbang pariwisata di pandemi

Oman, yang berpenduduk 5 juta orang telah mencoba mendiversifikasi ekonominya yang bergantung pada minyak sejak harga minyak mentah tenggelam pada tujuh tahun lalu.

Pariwisata telah lama menjadi sumber pendapatan kedua yang memanfaatkan kekayaan warisan bangsa, garis pantai yang indah, dan lanskap yang menakjubkan.

Namun pembatasan virus Corona memaksa Oman untuk menutup gerbang pariwisatanya selama berbulan-bulan, berdampak buruk pada perekonomian.

Sekitar 3,5 juta turis mengunjungi Oman pada 2019, tetapi kesultanan berencana mendatangkan 11 juta turis pada 2040.

Di Misfat al-Abriyeen, mengubah enam rumah lumpur menjadi hotel butik telah membuka lebih banyak proyek untuk menarik wisatawan, seperti jalur pendakian dan pendakian baru, menurut Abdullah al-Abri, pemilik salah satu hotel.

Sementara perjalanan internasional masih ditutup, para pelaku bisnis perhotelan seperti yang ada di Misfat al-Abriyeen telah bertahan dengan pariwisata domestik yang telah berkinerja baik selama berbulan-bulan panjang penutupan perbatasan.

Bagi Renoda, psikolog Belanda yang tinggal di Muscat yang berkunjung bersama tiga temannya, desa itu menjadi tempat perlindungan.

"Mungkin ini ke-10 kalinya saya mengunjungi hotel ini sejak tahun lalu. Inilah yang kami butuhkan sekarang mengingat kejadian terkini," katanya kepada AFP.

"Saya datang ke sini untuk satu atau dua malam setiap bulan mencari ketenangan, relaksasi dan kenyamanan."( fem/cnn)