Beauty

[Beauty][bsummary]

Health

[Health][bsummary]

Fashion

[Fashion][bsummary]

Lifestyle

[Lifestyle][twocolumns]

Celebrity

[Celebrity][bleft]

Parenting

[Parenting][bsummary]

Community

[Community][bsummary]

Enterpreuner

[Enterpreuner][twocolumns]

Culinary

[Culinary][bsummary]

Travelling

[Travelling][twocolumns]

Mengenal Penyebab Epilepsi



FEMINIAEpilepsi adalah salah satu jenis penyakit neurologi menahun yang bisa menyerang siapa saja dan kapan saja. Apa penyebab epilepsi?

Dokter Irawati Hawari, spesialis saraf di rumah sakit Bunda,Menteng, Jakarta, beberapa waktu lalu mengungkapkan bahwa ada dua jenis epilepsi yaitu umum dan parsial.

"Yang umum, berarti mengganggu kesadaran, kalau yang parsial tanpa mengganggu kesadaran,"ucapnya.

Ketika terjadi serangan epilepsi, terjadi aktivitas listrik yang tak normal di otak penderita. Hal ini akan menyebabkan kejang, perubahan tingkah laku, perubahan kesadaran, dan perubahan lain yang hilang-timbul, baik yang terasa atau terlihat.

Gangguan listrik di otak tersebut dapat disebabkan antara lain oleh kerusakan jaringan otak, cedera kepala, atau gejala sisa dari suatu penyakit seperti infeksi otak, gangguan pembuluh darah otak, cacat lahir, kelainan genetika serta sekitar 30 persen tak diketahui penyebabnya.

Penyebab epilepsi

"Penyebabnya ada yang memang tanpa kelainan otak atau epilepsi idiopatik, kalau dicari tidak tampak ada penyakit lain," ungkap Mursyid Bustami, spesialis saraf dan Direktur RS Pusat Otak Nasional, dilansir CNNIndonesia.com, Jumat (12/3).

"Kedua, ada penyebabnya, tumor otak, pascastroke, trauma kepala atau cedera bagian kepala atau otak. Itu ada penyebabnya tapi paling banyak idiopatik"

Mengutip dari Mayo Clinic, epilepsi tidak memiliki penyebab pasti pada sekitar separuh orang yang diidentifikasi memiliki kondisi tersebut. Sebagian lainnya bisa ditelusuri dan ditemukan berbagai faktor penyebab antara lain: 

1. Pengaruh genetik

Beberapa jenis epilepsi terjadi karena riwayat keluarga dengan penyakit serupa. Kemungkinan ada pengaruh genetik. Peneliti telah mengaitkan epilepsi dengan gen tetapi rupanya pada sebagian pasien, gen hanya salah satu penyebab. Gen tertentu membuat orang lebih sensitif terhadap kondisi lingkungan yang memicu kejang.

2. Cedera kepala

Trauma atau cedera pada kepala bisa mengakibatkan epilepsi.

3. Kondisi otak

Kondisi tertentu bisa mengakibatkan kerusakan otak seperti tumor atau stroke bisa jadi penyebab epilepsi. Stroke menjadi penyebab utama epilepsi pada orang dewasa di atas 35 tahun.

4. Penyakit infeksi

Penyakit infeksi seperti meningitis, AIDS dan ensefalitis virus (pembengkakan otak akibat virus) dapat memicu epilepsi.

5. Cedera prenatal

Sebelum lahir bayi sangat sensitif terhadap kerusakan otak yang bisa disebabkan beberapa faktor seperti infeksi saat kehamilan, kurang nutrisi atau oksigen. Kerusakan otak ini bisa mengarah pada epilepsi atau cerebral palsy.

6. Gangguan perkembangan

Epilepsi kadang berhubungan dengan gangguan perkembangan seperti autisme dan neurofibromatosis (kelainan genetik pada sistem saraf). 

Mendeteksi Epilepsi

Sebenarnya orang dengan epilepsi bisa beraktivitas dengan normal dan terhindar dari kejang. Dokter Mursyid Bustami, spesialis saraf dan Direktur RS Pusat Otak Nasional, menuturkan penyandang epilepsi memperhatikan beberapa hal berikut:

- Menghindari faktor pencetus kejang seperti, kecapekan, kurang tidur, stres, telat makan, menonton televisi terlalu lama, kilatan cahaya atau gambar yang bergerak terus-menerus.

- Minum obat teratur.

- Diet ketogenik atau diet dengan membatasi konsumsi karbohidrat. Menurut riset, diet ini bisa membantu menurunkan gejala kejang pada penyandang epilepsi.

Bagaimana deteksi epilepsi?

Mursyid menekankan bahwa penyakit epilepsi bukan penyakit menular atau penyakit keturunan. Epilepsi kerap mendapat stigma negatif sebab dikaitkan dengan penyakit kutukan dan menular. Penyakit ini pun bisa dideteksi lewat tes Electroencephalogram (EEG). EEG merupakan tes yang digunakan untuk mendeteksi kelainan pada gelombang otak.

"Ditegakkan diagnosa (epilepsi) saat ada gejala dan ditemukan kelainan pada hasil tes EEG," kata Mursyid saat dihubungi pada Jumat (12/3). (Fm/cnn)