Beauty

[Beauty][bsummary]

Health

[Health][bsummary]

Fashion

[Fashion][bsummary]

Lifestyle

[Lifestyle][twocolumns]

Celebrity

[Celebrity][bleft]

Parenting

[Parenting][bsummary]

Community

[Community][bsummary]

Enterpreuner

[Enterpreuner][twocolumns]

Culinary

[Culinary][bsummary]

Travelling

[Travelling][twocolumns]

Ketika Pasangan Melakukan 'Ghosting', Mungkin Ini Alasannya


FEMINIA-Ibarat hantu, seseorang yang melakukan ghosting hilang secara tiba-tiba dari sebuah hubungan yang intens. Ada beberapa alasan yang membuat seseorang melakukan ghosting.

Mengutip Psychology Today, istilah 'ghosting' sendiri mulai populer sejak medio 2015 lalu.

Loren Soeiro, psikolog yang berbasis di New York, menyebut bahwa ghosting bisa berupa pemutusan komunikasi dengan seseorang yang belum pernah ditemui secara langsung, memutuskan kontak setelah kencan beberapa kali tak peduli seberapa banyak investasi yang sudah diberikan pada calon pasangan potensial.

"[Ghosting adalah] sebuah strategi mengakhiri hubungan dengan memutus komunikasi secara tiba-tiba lewat medium teknologi," ujar psikolog klinis Inez Kristanti, melalui pesan singkat, Senin (8/3). Definisi itu diambilnya dari tulisan LeFebvre dalam Journal Loss and Trauma.

Inez mengatakan, pilihan strategi yang dipilih seseorang untuk memutuskan atau menyelesaikan hubungan bukan lah sesuatu yang bisa diprediksi.

Lanjut Inez, ada sebagian orang yang merasa tidak ingin melanjutkan hubungan dan memilih jalan 'menghilang' daripada mengajak duduk dan bicara baik-baik. Mengapa bisa demikian?

Ada beberapa kemungkinan alasan seseorang melakukan ghosting. Inez merujuk pada tulisan LeFebvre, dkk (2019), terdapat 5 kemungkinan alasan, sebagai berikut.

1. Kenyamanan

Ghosting, kata Inez, mungkin dilihat sebagai alternatif yang lebih nyaman dan mudah dibanding penyelesaian tatap muka.

2. Tak ada lagi ketertarikan

Attraction atau ketertarikan artinya, ghosting dianggap sebagai alternatif penyelesaian karena sudah tidak atau kurang memiliki rasa ketertarikan lagi.

Selain itu, ghosting juga bisa dilakukan karena dirasa bahwa hubungan yang sedang dijalaninya tidak terlalu serius dan tak perlu diselesaikan secara lebih personal.

3. Perilaku buruk orang yang di-ghosting

Pelaku ghosting menilai ada interaksi negatif atau perilaku yang kurang berkenan dari orang yang di-ghosting selama berhubungan. Dia, lanjut Inez, memilih untuk meng-ghosting demi menghindari konfrontasi atau interaksi yang tidak nyaman.

4. Tingkat hubungan

Alasan ini merujuk pada tipe hubungan dan lama hubungan yang sudah berjalan. Ghosting dilakukan mungkin dengan mempertimbangkan waktu yang sudah diinvestasikan dan seberapa ia merasa terlibat dalam hubungan tersebut.

Misalnya saja, seseorang yang melakukan ghosting setelah kencan pertama. Tindakan itu berarti seseorang tak menginginkan kencan-kencan selanjutnya.

5. Keamanan

Keamanan berarti merujuk pada adanya kemungkinan situasi berbahaya, perlindungan diri dan kesejahteraan seseorang.

Sebagai contoh, kata Inez, seseorang bisa saja memiliki kekhawatiran bahwa dirinya tengah berada dalam hubungan yang membahayakan diri. Alih-alih tatap muka yang dinilai bisa memicu risiko, ghosting dirasa lebih mampu memberikan rasa aman.

Apa pun alasannya, ghosting membawa dampak pada individu yang di-ghosting. Inez mengatakan, tiap individu bakal merasakan dampak yang berbeda-beda sekaligus tergantung dari situasi.

"Beberapa hal yang mungkin dialami adalah kebingungan akan situasi yang ambigu, mempertanyakan apa yang sebenarnya 'terjadi', atau berusaha membuat 'kesimpulan-kesimpulan' tentang alasan ia di-ghosting yang mungkin kurang tepat. Ada juga beberapa individu yang mungkin menjadi mempertanyakan keberhargaan dirinya," jelasnya.

Namun, Inez menyarankan agar tidak mengaitkan perilaku ghosting pasangan dengan berbagai kekurangan yang ada dalam diri.

"Jika dampak yang dirasa terlalu sulit untuk dihadapi sendiri, bisa berkonsultasi ke mental health professional untuk mendapatkan bantuan," pungkas Inez.(fm/cnn)