FEMINIA-Risiko keguguran tidak hanya bergantung pada kesehatan ibu, tetapi juga calon ayah.
Sebuah studi terbaru dari jurnal Human Reproduction melihat lebih jauh ke dalam hubungan antara kesehatan seorang pria atau calon ayah dan kemungkinan keguguran serta lahir mati.
Kepala penelitian profesor Michael Eisenberg mengatakan bahwa selama beberapa waktu telah diketahui kesehatan ibu berdampak pada perkembangan janin dan kejadian pada saat kelahiran. Namun kini, kondisi medis sang ayah juga ditemukan dapat menyebabkan keguguran.
"Ini adalah studi pertama yang menunjukkan bahwa kehamilan juga dapat dipengaruhi kondisi medis laki-laki, menyebabkan peningkatan risiko keguguran, kehamilan ektopik (di luar kandungan, dan lahir mati," katanya, sebagaimana dilansir AsiaOne.
Eisenberg dan timnya dari Stanford University School of Medicine melakukan penelitian dengan mengamati hampir satu juta kehamilan antara tahun 2009 dan 2016 di AS.
Temuan mereka menunjukkan bahwa jika sang ayah didiagnosis dengan sindrom metabolik atau gangguan kesehatan, hal itu dapat menyebabkan peningkatan risiko keguguran.
Sindrom metabolik meliputi kondisi medis obesitas, diabetes, tekanan darah tinggi, dan kadar kolesterol tinggi. Pria yang memiliki sindrom metabolik memiliki peningkatan risiko masing-masing 10 persen, 15 persen dan 19 persen untuk mereka yang memiliki satu, dua atau tiga atau lebih komponen.
Mereka juga menemukan bahwa 785.809 kelahiran hidup dan 172.995 atau 22 persen kehamilan dalam penelitian tersebut mengalami kehamilan ektopik, keguguran, atau lahir mati.
Keguguran meningkat sesuai dengan usia ibu dan kondisi medis, tetapi risiko keguguran juga meningkat seiring dengan usia ayah.
"Meskipun penelitian ini tidak dapat membuktikan bahwa kesehatan ayah yang buruk adalah penyebab keguguran, tapi itu menunjukkan ada hubungannya.
Dia lanjut mengatakan bahwa implikasi klinis dari temuan ini adalah konseling pra-konsepsi tidak boleh melupakan sang ayah, karena kesehatannya mungkin berdampak penting pada kehamilan.
"Kami menyimpulkan bahwa kesehatan dan gaya hidup ayah dapat mempengaruhi susunan dan ekspresi genetik dalam sperma dan ini dapat mengubah seberapa baik fungsi plasenta. Jika plasenta tidak berfungsi dengan baik, maka hal ini dapat menyebabkan keguguran yang kami amati," tambah Eisenberg.
"Misalnya, kita sudah tahu bahwa ayah yang merokok dan pola makan dapat mempengaruhi kualitas sperma."
Meskipun mekanisme kesehatan ayah yang berpengaruh dengan risiko keguguran masih belum diketahui, para peneliti akan terus mempelajari lebih lanjut kaitannya.
Sementara itu, para calon ayah dengan kondisi seperti itu harus memberi tahu dokter mereka saat istri hamil atau akan hamil setelah diketahui bahwa keduanya dapat berdampak pada keguguran dan lahir mati.(fm/cnn)