Beauty

[Beauty][bsummary]

Health

[Health][bsummary]

Fashion

[Fashion][bsummary]

Lifestyle

[Lifestyle][twocolumns]

Celebrity

[Celebrity][bleft]

Parenting

[Parenting][bsummary]

Community

[Community][bsummary]

Enterpreuner

[Enterpreuner][twocolumns]

Culinary

[Culinary][bsummary]

Travelling

[Travelling][twocolumns]

Pandemi Jangan Sampai Hentikan Pendidikan Anak Usia Dini


FEMINIA-
Pandemi COVID-19 tidak boleh menghentikan proses pendidikan untuk anak usia dini karena itu adalah usia krusial puncak perkembangan anak yang mempengaruhi masa depannya, kata Ketua Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia (Himpaudi), Prof. Dr. Ir. Netti Herawati, M.Si.

"Usia dini adalah usia emas dalam membangun pondasi belajar dan hidup mereka, semua dimulai dari usia dini," kata Netti dalam diskusi daring, Selasa.

Dia menyebutkan bahwa setiap manusia lahir ke dunia dengan seluruh sel otak yang jumlahnya bisa mencapai lebih dari 100 triliun sel tergantung dari kualitas kehamilan, namun hal ini baru dapat berfungsi hanya dengan stimulasi.

Usia 0-2 tahun merupakan masa krusial pada anak karena apabila sel otaknya tidak tersambung atau terstimulasi dengan baik maka terjadilah fase penghapusan sel otak atau yang lebih dikenal dengan istilah use it or loose it. Dia melanjutkan, hal ini ditentukan oleh kualitas dan kuantitas stimulasi karena setiap detik terjadi 1,684 juta sambungan sel otak.

"Sedangkan, untuk kualitas stimulasi terkait pada aspek perkembangan atas apa saja yang distimulasikan pada anak dengan cara yang tepat atau tidak,” tambah Netti.

Anak di usia dini belajar lewat bermain aktif, sehingga orangtua pun harus bisa memberi fasilitas yang baik. Maka, orangtua harus bisa mengubah pola pikir bahwa anak yang bermain adalah pertanda dirinya sedang mengasah kecerdasan.

Lebih lanjut Prof. Netti membagikan tentang beberapa hal yang harus diperhatikan orang tua demi keberhasilan keberlangsungan pendidikan anak usia dini.

Menurutnya, anak sedari dini harus dilatih berpikir kritis atau critical thinking, ini disebabkan karena terlalu banyaknya informasi yang masuk di era digital seperti sekarang, sehingga anak terlatih untuk memilah informasi mana yang berguna, mana yang tidak. Selain itu anak juga harus dilatih untuk berpikir kreatif dan mengembangkan kemampuan kognitif agar memiliki daya juang lebih, terlebih di era pandemi seperti ini.

Selain nutrisi gizi, orang tua dihimbau untuk tidak lupa memberikan nutrisi hati kepada anak agar anak tidak memiliki trauma atau luka masa kecil yang bisa dibawa hingga dewasa nanti.

Para orangtua pun harus paham pola komunikasi yang baik dan benar dengan anak karena itu juga merupakan aspek stimulasi yang penting pada anak usia dini.

“Jangan takut untuk mulai mendaftarkan anak pada fasilitas pendidikan sejak usia 2 tahun, sedini mungkin agar dapat mengembangkan karakter dan life skill. Guru dapat membuat rencana kegiatan pembelajaran, orang tua dapat mengimplementasikan rencana kegiatan dari rumah,” jelas dia.[fm/tar]