Beauty

[Beauty][bsummary]

Health

[Health][bsummary]

Fashion

[Fashion][bsummary]

Lifestyle

[Lifestyle][twocolumns]

Celebrity

[Celebrity][bleft]

Parenting

[Parenting][bsummary]

Community

[Community][bsummary]

Enterpreuner

[Enterpreuner][twocolumns]

Culinary

[Culinary][bsummary]

Travelling

[Travelling][twocolumns]

Kuliner Ternyata Ikut Berpengaruh Pada Perubahan Iklim



FEMINIA-Makanan yang Anda nikmati setiap harinya bukan hanya urusan mengenyangkan perut, atau soal rasa yang enak atau tidak.

Lebih dalam dari itu, kuliner juga berperan dalam urusan perubahan iklim dan efek rumah kaca.

"Cara produksi pangan dan konsumsi sangat berpengaruh krisis iklim, dari hulu ke hilir," ucap Amanda Katili dari Climate Reality dalam webinar beberapa waktu lalu.

Diungkapkan dia, setidaknya 30 persen perubahan iklim disebabkan karena sistem pangan, 10 persen karena fashion.

"Sistem pangan tidak benar menyebabkan krisis iklim, pandemi, dan kelaparan. Kalau lahan alami ditebangi, keluar semua virus yg tadinya inangnya aman di hutan, belum lagi hewan liar yang dikonsumsi."

Ditambahkan pengamat kuliner dan chef William Wongso, selain penebangan liar dan konsumsi binatang liar, kebiasaan makan seseorang juga masuk menjadi penyebab krisis, termasuk limbah sisa makanan (food waste).

"Di Indonesia sekitar 400 kg per tahun food waste per orang. Rekor terakhir Tiongkok 45 kg, Inggris tinggi," kata William dalam kesempatan yang sama.

Indonesia sendiri, kata Amanda, menjadi negara nomor 2 penghasil limbah makanan terbanyak di dunia.

Untuk menghindari limbah sisa makanan alias food waste, langkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan tidak membuang-buang makanan.

"Kapasitas makan 1 orang ga lebih 500 gr. tanya makanannya berapa beratnya, dan restoran jg harus mengubah kasih tahu berapa beratnya. Harus jujur jangan cari kesempatan."

Amanda juga mengungkapkan makanan menjadi benang merah untuk hidup berkelanjutan dan hidup layak.

Selain tak membuang-buang makanan, ada beberapa cara agar kuliner atau makanan yang dimakan 'menyumbang' krisis iklim:

1. Hemat air dan energi
2. Perbanyak nabati
3. Kurangi makan daging
4. Makan makanan rumahan
5. Menjaga tradisi kuliner lokal
6. Mendukung petani lokal dan nelayan
7. Hindari penggunaan plastik sekali pakai
8. Lakukan daur ulang.

(fem/cnn)