Beauty

[Beauty][bsummary]

Health

[Health][bsummary]

Fashion

[Fashion][bsummary]

Lifestyle

[Lifestyle][twocolumns]

Celebrity

[Celebrity][bleft]

Parenting

[Parenting][bsummary]

Community

[Community][bsummary]

Enterpreuner

[Enterpreuner][twocolumns]

Culinary

[Culinary][bsummary]

Travelling

[Travelling][twocolumns]

Hati-hati, Pernikahan Dini Beresiko Timbulkan Masalah Kesehatan



FEMINIA-Kabar viral mengenai jasa penyelenggara pernikahan Aisha Weddings untuk menikah di usia yang sangat muda jadi perbincangan banyak orang. Wajar saja, ada beberapa dampak serius menikah di usia remaja terhadap kesehatan.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo mengatakan bahwa bagaimana pun, usia ideal pernikahan, terutama untuk perempuan adalah di atas 21 tahun.

"Perkawinan usia muda akan memunculkan berbagai risiko bagi pasangan pengantin. Begitu pun risiko bagi bayi yang akan dilahirkan," ujar Hasto, dalam keterangannya, Rabu (10/2).

Tak hanya berdampak pada psikologis, pernikahan usia muda juga bisa memicu sejumlah masalah kesehatan, khususnya pada perempuan. Hasto mengatakan, pernikahan usia muda dapat berdampak pada tingginya angka kematian ibu dan bayi serta rendahnya tingkat kesehatan ibu dan anak.

Berikut beberapa dampak serius pernikahan usia dini.

1. Berisiko melahirkan anak stunting

Hasto mengatakan, sebuah studi menunjukkan adanya hubungan antara usia ibu saat melahirkan dengan angka kejadian stunting. Semakin muda usia ibu saat melahirkan, semakin besar kemungkinannya untuk melahirkan anak stunting.

Stunting merupakan kondisi kekurangan gizi kronis yang terjadi selama periode paling awal pertumbuhan dan perkembangan anak. Tak hanya tubuh pendek, stunting juga memiliki banyak dampak buruk untuk anak.

2. Persalinan macet

Kondisi panggul yang sempit membuat persalinan jadi macet. Tak hanya itu, kondisi ini bahkan memicu risiko kematian saat melahirkan.

"Kondisi panggul yang sempit mengancam kematian," ujar Hasto.

Hasto mengatakan, saat usia remaja seperti 16 tahun, diameter panggul perempuan baru selebar 8 cm, sementara ukuran kepala bayi mencapai 9,8 cm. Ukuran panggul baru akan membesar pada usia 19-21 tahun.

3. Risiko kematian

Penelitian menemukan, perempuan berusia 10-14 tahun memiliki kemungkinan meninggal dunia lima kali lebih besar selama kehamilan, dibandingkan dengan perempuan berusia 20-25 tahun.

Sementara pada usia 15-19 tahun, perempuan memiliki risiko kematian dua kali lebih besar saat hamil. Tak hanya itu, proses kehamilan dan persalinan juga akan terasa lebih menyakitkan dari biasanya.

"Saat hamil terlalu muda, perempuan berpotensi mengalami robek mulut rahim saat proses melahirkan yang menimbulkan ancaman pendarahan serta kematian," ujar Hasto.

4. Kanker mulut rahim

Menikah pada usia terlalu dini membuat perempuan berisiko tinggi terhadap perkembangan kanker mulut rahim atau serviks. Di usia remaja, sistem reproduksi perempuan belum berkembang secara sempurna sehingga menjadi rentan.

Kanker serviks sendiri merupakan kanker atau adanya pertumbuhan abnormal pada sel-sel di leher rahim. Kanker ini tak memperlihatkan gejala pada tahap awal. Gejala baru muncul saat sel kanker sudah mulai menyebar.

5. Mengganggu pertumbuhan tulang

Perempuan yang hamil pada usia muda berisiko mengalami pertumbuhan tulang yang terhenti. Tulang juga menjadi cenderung keropos.

"Di usia menopause bisa menjadi bungkuk, mudah patah tulang, dan menjadikan usia tua tidak produktif," ujar Hasto.(fm/cn)