Beauty

[Beauty][bsummary]

Health

[Health][bsummary]

Fashion

[Fashion][bsummary]

Lifestyle

[Lifestyle][twocolumns]

Celebrity

[Celebrity][bleft]

Parenting

[Parenting][bsummary]

Community

[Community][bsummary]

Enterpreuner

[Enterpreuner][twocolumns]

Culinary

[Culinary][bsummary]

Travelling

[Travelling][twocolumns]

Cegah Defisiensi Vitamin D, Ini yang Harus Dilakukan


FEMINIA- Studi dalam Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism mengungkapkan bahwa 82,2 persen pasien Covid-19 juga mengalami defisiensi vitamin D. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah defisiensi vitamin D tersebut.

Vitamin D diperlukan dalam menunjang kesehatan secara umum. Vitamin D memainkan peran penting dalam menjaga sistem imun yang sehat dan melindungi tubuh dari penyakit. Vitamin D juga meningkatkan penyerapan kalsium dan penting dalam menjaga kekuatan tulang.

Hanya saja, tubuh tidak dapat menciptakan vitamin D sendiri. Sumber utama vitamin D bagi tubuh adalah paparan sinar matahari langsung ke kulit.

Defisiensi vitamin d cenderung lebih lebih banyak dialami oleh orang-orang berkulit lebih gelap. Alasannya, melanin pada kulti mencegah penyerapan yang tinggi dari paparan sinar matahari.

Kondisi defisiensi ini juga bisa disebabkan oleh penerapan diet vegan yang ketat. Hal ini dikarenakan sebagian besar makanan yang mengandung kadar vitamin D tinggi adalah makanan yang berasal dari hewan.

Seseorang dengan defisiensi vitamin D mungkin akan merasakan beberapa gejala. Sebagian di antaranya adalah rambut dan kuku rapuh, luka di mulut dan perdarahan gusi, serta masalah ketombe dan kulit berisik. Selain itu, gejala lain dari defisiensi vitamin D adalah lemah otot dan nyeri tulang.

Sumber utama vitamin D adalah sinar matahari. Tetapi, ada kalanya matahari tidak bersinar cerah dan tertutupi oleh awan mendung.

Dalam kondisi seperti itu, vitamin D bisa didapatkan melalui makanan. Beberapa contoh makanan yang kaya akan kandungan vitamin D adalah telur susu, ikan berminyak terutama salmon, daging merah, dan makanan-makanan yang sudah difortifikasi seperti sebagian sereal.

Vitamin D juga bisa didapatkan melalui suplemen, misalnya suplemen cod liver oil dan tablet vitamin D. Suplemen seperti ini dinilai penting, khususnya untuk orang-orang yang sudah didiagnosis defisiensi vitamin D

"Khususnya bila mereka tidak dapat meningkatkan paparan matahari mereka ke tingkat yang optimal," pungkas ahli gizi Franziska Spritzler, seperti dilansir Glamour.

Untuk melawan defisiensi vitamin D, Public Health England menganjurkan konsumsi suplemen vitamin D selama masa berdiam diri di rumah. Dosis yang dianjurkan adalah 10 mikrogram vitamin D per hari.

Produk suplemen biasanya menggunakan satuan international units (IU) untuk menampilkan besarnya kandungan vitamin D dalam produk tersebut. 1 mikrogram vitamin D setara dengan 40 IU. Itu berarti 10 mikrogram vitamin D setara dengan 400 IU.

Besaran tersebut biasanya cukup untuk kebanyakan orang, kecuali orang-orang yang berisiko terhadap defisiensi. Hindari pula terlalu banyak mengonsumsi vitamin D. Orang dewasa disarankan tidak mengonsumsi lebih dari 4.000 IU per hari. Batasan untuk anak-anak adalah tidak melebihi 2.000 IU per hari, sedangkan untuk bayi di bawah satu tahun tidak melebihi 1.000 IU per hari.

Terlalu banyak asupan vitamin D dapat memicu toksisitas vitamin d. kondisi ini sangat jarang namun bisa terjadi bila terlalu banyak mengonsumsi suplemen. Beberapa gejala yang mungkin muncul akibat kelebihan vitamin D adalah kelelahan, mudah lupa, mual, muntah, cara bicara pelo, konstipasi, dan diare.[fm/rol]