Beauty

[Beauty][bsummary]

Health

[Health][bsummary]

Fashion

[Fashion][bsummary]

Lifestyle

[Lifestyle][twocolumns]

Celebrity

[Celebrity][bleft]

Parenting

[Parenting][bsummary]

Community

[Community][bsummary]

Enterpreuner

[Enterpreuner][twocolumns]

Culinary

[Culinary][bsummary]

Travelling

[Travelling][twocolumns]

Tips Investasi 2021: Perbanyak Saham, Kantongi Obligasi



FEMINIA-PT Manulife   Aset Manajemen Indonesia (MAMI) membagikan tip mengelola instrumen investasi tahun ini, yaitu perbanyaklah kepemilikan investasi di saham , namun tetap mengantongi surat utang atau obligasi.

"Keduanya masih harus ada di portofolio investasi, tapi tetap disesuaikan dengan profil risiko masing-masing," ungkap Kepala Ekonom dan Strategi Investasi Manulife Aset Manajemen Indonesia Katarina Setiawan secara virtual kepada awak media, Kamis (14/1).

Katarina menjelaskan alasan investor perlu memperbanyak kepemilikan saham pada tahun ini. Sebab, performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus membaik sejak akhir tahun lalu, setelah 'porak poranda' pada awal hingga pertengahan tahun lalu.

Bursa saham dalam negeri sempat anjlok dari level 6.000 menjadi 3.900 karena tertekan dampak pandemi virus corona atau covid-19. Namun, perlahan-lahan pasar modal mulai bangkit dan kini berada di posisi yang menggiurkan.

"Sudah terlihat sejak minggu pertama Desember 2020, itu terus naik secara bertahap dan ini akan terus berlanjut," ujarnya.

Bahkan, proyeksi Manulife memperkirakan IHSG akan berada di kisaran 6.740 sampai 7.040 pada tahun ini. Saat ini, IHSG berada di level 6.462 pada tengah perdagangan hari ini.

"Tren ekonomi yang membaik dan kondisi pasar saham yang sudah pulih sejak akhir tahun akan semakin menopang bursa saham ke depan," tuturnya.

Selain ekonomi yang membaik, beberapa hal yang juga akan mendukung kinerja investasi saham adalah rupiah yang diproyeksi stabil di kisaran Rp13.800 sampai Rp14.500 per dolar AS dan tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang diramal berada di kisaran 3,5 persen sampai 3,75 persen.

"Suku bunga tetap rendah, rupiah stabil, likuiditas masih banyak, makro ekonomi meningkat, mitigasi pandemi membaik, ini semua meningkatkan sentimen investasi dan pasar keuangan," jelasnya.

Tak hanya itu, potensi penguatan investasi saham juga diramal berasal dari laporan kinerja para perusahaan yang melantai di bursa alias emiten. Bahkan, konsensus analis global meramalkan laba para emiten bakal naik 28 persen sampai 30 persen, sehingga menopang kenaikan harga saham dan mendatangkan cuan bagi investor.

"Ini akan terus berlanjut, tapi jangan tinggalkan obligasi," imbuhnya.

Katarina mengatakan tingkat imbal hasil ( yield) surat utang pemerintah mungkin akan kembali turun pada tahun ini. Manulife mencatat yield Surat Berharga Negara (SBN) bertenor 10 tahun turun dari 7,07 persen pada akhir 2019 menjadi 5,86 persen di penghujung 2020.

Hal ini tak dipungkirinya bakal berlanjut pada tahun ini. Proyeksinya sendiri yield surat utang pemerintah akan menyentuh kisaran 5,5 persen pada 2021.

"Return obligasi masih terbilang stabil atau moderat, tapi ini tetap dibutuhkan untuk menjadi buffer dari portofolio investasi," ucapnya.

Direktur sekaligus Kepala Investasi dan Pendapatan Tetap Manulife Aset Manajemen Indonesia Ezra Nazula menambahkan kepemilikan obligasi tetap dibutuhkan dalam portofolio investasi pada tahun ini karena ini merupakan waktu yang tepat untuk investor domestik meningkatkan kepemilikannya terhadap surat utang.

Sebab, investor asing masih cenderung melepas kepemilikan surat utangnya. Ia mencatat investor asing menurunkan porsi kepemilikan investor asing sebesar 25,16 persen dari total obligasi yang diperdagangkan di dalam negeri.

"Kepemilikan sekarang beralih ke dalam negeri, didominasi BI, bank besar, asuransi, reksadana, dan lainnya. Tapi bila investor domestik bisa menambah kepemilikan obligasi di tahun ini maka bisa menjadi katalis yang kuat untuk pasar obligasi," kata Ezra.

Sementara Manajer Senior Bidang Portofolio Manulife Aset Manajemen Indonesia Samuel Kesuma membagi prospek saham-saham yang mungkin bisa memberi cuan kepada investor pada tahun ini. Pertama, bahan baku dan energi.

"Fokus pada logam industri, namun melihat peluang pada energi, di mana prospek permintaan diperkirakan akan meningkat secara substansial," papar Samuel.

Kedua, saham telekomunikasi. Preferensinya terletak pada saham operator menara. Sebab, skema kerja dari rumah (work from home/WFH) memungkinkan ketergantungan masyarakat terhadap telekomunikasi masih tinggi pada tahun ini.

Ketiga, saham keuangan. "Tapi tetap selektif terhadap bank besar. Peluang menarik pada bank kecil di tengah likuiditas yang melimpah dan kualitas aset yang stabil," pungkasnya.(fem/cnn)