Beauty

[Beauty][bsummary]

Health

[Health][bsummary]

Fashion

[Fashion][bsummary]

Lifestyle

[Lifestyle][twocolumns]

Celebrity

[Celebrity][bleft]

Parenting

[Parenting][bsummary]

Community

[Community][bsummary]

Enterpreuner

[Enterpreuner][twocolumns]

Culinary

[Culinary][bsummary]

Travelling

[Travelling][twocolumns]

Survei: Pemberian ASI Eksklusif Meningkat Saat Pandemi


FEMINIA-Pandemi  tampaknya memberikan manfaat positif untuk bayi dan ibu menyusui. Sebuah jajak pendapat menemukan tingkat pemberian ASI eksklusif selama pandemi mengalami peningkatan tajam.

Survei yang dilakukan oleh Health Collaborative Center (HCC) menemukan angka ASI eksklusif di Indonesia mengalami peningkatan hingga mencapai 89,4 persen. Sekitar 9 dari 10 ibu menyusui di Indonesia berhasil memberikan ASI eksklusif selama pandemi.

"Ternyata selama pandemi, angka ASI eksklusif meningkat tajam 89,4 persen. 9 dari 10 ibu menyusui di Indonesia berhasil memberikan ASI eksklusif selama pandemi," ujar Ketua Tim Peneliti HCC, Ray Wagio Basrowi, dalam sebuah konferensi pers virtual, Rabu (20/1).

Survei dilakukan pada Desember 2020 hingga Januari 2021. Responden terdiri dari ibu dengan anak berusia di bawah 12 bulan. Survei melibatkan sekitar 400 responden dari 20 provinsi di Indonesia dengan rata-rata usia 24-33 tahun.

"Ada ibu yang kerja dari rumah, ada yang tetap kerja dari kantor atau pabrik," ujar Ray. Untuk ibu yang menjalani WFH, angka ASI eksklusif mencapai 97,8 persen, sementara pada ibu yang bekerja dari kantor mencapai 82,9 persen.

Angka ini berbanding terbalik dengan kekhawatiran banyak masyarakat akan menurunnya angka ASI eksklusif selama pandemi. Sebelumnya, diketahui bahwa pandemi mengganggu layanan ibu hamil dan menyusui di Posyandu, Puskesmas, dan sejumlah fasyankes lain.

Ray mengatakan, selama puluhan tahun, Indonesia selalu memiliki angka ASI eksklusif yang rendah, sekitar 30-50 persen. Pada ibu pekerja, angkanya lebih mengkhawatirkan sebesar 19-47 persen.

"Ternyata pandemi tidak berpengaruh. Ibu Indonesia rajin memberikan ASI eksklusif. ASI enggak sekadar memberi makan bayi tapi juga buat negara. Negara yang maju, negara yang bayi enam bulan pertamanya tinggi asupan ASI, maka indeks human capital lebih baik," katanya.

Namun, di sisi lain, survei juga menemukan adanya ibu yang berhenti menyusui selama pandemi. Sebanyak 12 persen ibu tak bisa menyusui karena harus tetap bekerja selama PSBB, 10 persen tidak mendapat dukungan tenaga kesehatan dan fasyankes untuk konseling menyusui yang memadai, serta 7 persen mengalami minimnya dukungan suami dan keluarga.(fem/cnn)