Beauty

[Beauty][bsummary]

Health

[Health][bsummary]

Fashion

[Fashion][bsummary]

Lifestyle

[Lifestyle][twocolumns]

Celebrity

[Celebrity][bleft]

Parenting

[Parenting][bsummary]

Community

[Community][bsummary]

Enterpreuner

[Enterpreuner][twocolumns]

Culinary

[Culinary][bsummary]

Travelling

[Travelling][twocolumns]

Riset: Sulit Tidur Bisa Jadi Gejala Jangka Panjang Covid-19



FEMINIA-Studi menunjukkan beberapa gejala jangka panjang yang dirasakan akibat infeksi virus corona penyebab Covid-19. Salah satu di antaranya adalah  sulit tidur.

Berdasarkan penelitian yang diterbitkan dalam jurnal medis Lancet dan melibatkan ratusan pasien di Wuhan, China, lelah, lemah otot hingga sulit tidur menjadi gejala yang paling umum.

"Karena Covid-19 adalah penyakit baru, kami baru mulai memahami beberapa efek jangka panjangnya pada kesehatan pasien," kata Bin Cao, sang penulis dari National Center for Respiratory Medicine.

Penelitian tersebut melibatkan 1.733 pasien Covid-19 yang telah dipulangkan dari rumah Sakit Jinyintan di Wuhan dalam periode Januari-Mei 2020.

Bin Cao mengatakan, penelitian itu fokus pada kebutuhan perawatan berkelanjutan bagi pasien setelah mereka keluar rumah sakit, terutama bagi mereka yang mengalami infeksi parah.

"Pekerjaan kami juga menggarisbawahi pentingnya melakukan studi lanjutan pada populasi yang lebih besar untuk memahami spektrum penuh dari efek Covid-19 terhadap manusia," tuturnya seperti dilansir AFP.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan virus corona menimbulkan risiko efek berkelanjutan bagi beberapa orang, termasuk generasi muda yang tidak dirawat di rumah sakit.

Hasil penelitian itu menunjukkan 76 persen pasien mengatakan masih memiliki gejala. Kelelahan atau lemah otot dilaporkan oleh 63 persen pasien, sedangkan 26 persen pasien mengalami masalah tidur.

Studi ini juga mengamati 94 pasien yang tingkat antibodi darahnya tercatat pada puncak infeksi sebagai bagian dari percobaan lain. Ketika diuji ulang dalam enam bulan, tingkat antibodi penawar mereka 52,5 persen lebih rendah.

Para peneliti mengatakan hal tersebut menimbulkan kekhawatiran tentang kemungkinan infeksi ulang Covid-19. Namun, mereka mengatakan memerlukan sampel lebih besar untuk mengklarifikasi kekebalan terhadap virus berubah seiring waktu.

Beberapa peneliti dari Italia Istituto di Richerche Farmacologiche Mario Negri IRCCS seperti Monica Cortinovis, Norberto Perico, dan Giuseppe Remuzzi turut mengomentari penelitian tersebut.

Mereka menilai ada ketidakpastian mengenai konsekuensi kesehatan jangka panjang dari pandemi. Penelitian terbaru itu disebut relevan dan tepat waktu.

"Sayangnya hanya ada sedikit laporan tentang gambaran klinis setelah Covid-19."

Menurut mereka, penelitian jangka panjang yag dilakukan di AS dan Inggris dapat membantu meningkatkan pemahaman serta pengambangan terapi demi mengurangi konsekuensi jangka panjang Covid-19 pada banyak organ serta jaringan.(mr/cnn)