Beauty

[Beauty][bsummary]

Health

[Health][bsummary]

Fashion

[Fashion][bsummary]

Lifestyle

[Lifestyle][twocolumns]

Celebrity

[Celebrity][bleft]

Parenting

[Parenting][bsummary]

Community

[Community][bsummary]

Enterpreuner

[Enterpreuner][twocolumns]

Culinary

[Culinary][bsummary]

Travelling

[Travelling][twocolumns]

Menikmati Kesunyian Bawah Tanah di Coober Pedy



FEMINIA-Ribuan penambang opal atau batu kalimaya menetap di pemukiman bawah tanah yang dikenal dengan kota Coober Pedy. Sebuah kawasan yang terletak di bagian utara Australia Selatan, 850 kilometer dari Adelaide.

Coober Pedy adalah kata Aborigin yang secara harfiah diterjemahkan menjadi orang kulit putih di dalam lubang. Mengutip laman resminya, Coober Pedy dijuluki sebagai 'Ibu kota opal dunia ' sebab di bawah permukaan kota itu ditemukan ratusan jenis batu kalimaya dengan berbagai warna dan corak.

Setidaknya 70 persen batu kalimaya di  dunia disebut-sebut berasal dari kota bawah tanah itu.

Coober Pedy didirikan sejak 1915, bermula dari seorang anak bernama Willie Hutchison dengan ayahnya yang menggali sebuah titik di kawasan tandus, dan menemukan batu dengan warna yang mengkilap di setiap dinding. Sejak saat itu, lorong-lorong di bawah tanah Coober Pedy mulai terbentuk menjadi kota bawah tanah yang unik.

Kendati begitu, tak sembarang orang dapat tahan tinggal di Coober Pedy. Sebab bila cuaca sedang panas-panasnya, maka penghuni kota dapat merasakan suhu mencapai 113 derajat fahrenheit atau 45 derajat celcius.

Hotel bawah tanah di  Coober Pedy

Karena iklim yang kering, air kadang-kadang bisa langka di kota ini. Penghuni Coober Pedy mengandalkan persediaan air bersih dari Great Artesian Basin yang terletak sekitar 15 mil atau 24 kilometer dari kota.

"Orang-orang datang ke sini untuk melihat sesuatu secara berbeda. Mentalitas petualangan seperti itulah yang menarik orang-orang ke sini," kata Direktur Pengelola Desert Cave Hotel di Coober Pedy, Robert Roro dikutip dari Smithsonian.com, Sabtu (23/1).

Tak hanya berhenti sebagai rumah penambang, para penghuni lantas terus mengeduk kawasan tandus itu untuk dijadikan museum bawah tanah seperti Umoona Opal Mine & Museum, bekas tambang opal luas yang terletak di sepanjang jalan utama kota.

Kemudian Gereja seperti Gereja Ortodoks Serbia, yang dinding batu pasirnya dihiasi dengan ukiran rumit.

Ada pula The Opal Bug yang diklaim sebagai toko opal di Coober Pedy yang menjual segalanya, mulai dari permata hingga perhiasan dan jam tangan. Namun banyak pengunjung juga suka mengunjungi toko untuk melihat Volkswagen Beetle yang terkenal berwarna opal.

"Keindahan hidup di bawah tanah adalah sangat sunyi dan tenang. Tidak ada pergerakan udara atau aliran udara dari AC, dan karena tidak ada jendela atau cahaya alami, penghuni dapat tidur nyenyak saat malam hari," pungkas Roro.(fem/cnn)