Beauty

[Beauty][bsummary]

Health

[Health][bsummary]

Fashion

[Fashion][bsummary]

Lifestyle

[Lifestyle][twocolumns]

Celebrity

[Celebrity][bleft]

Parenting

[Parenting][bsummary]

Community

[Community][bsummary]

Enterpreuner

[Enterpreuner][twocolumns]

Culinary

[Culinary][bsummary]

Travelling

[Travelling][twocolumns]

Konsumsi Ulat Tepung, Amankah?



FEMINIA-Tampaknya camilan, smoothie, biskuit, pasta dan burger ulat tepung ( yellow mealworm) bakal jadi panganan yang umum ditemui di Uni Eropa.

Pasalnya, badan keamanan pangan Uni Eropa (EFSA) telah menyatakan ulat tepung aman dikonsumsi manusia.

Kesimpulan ini diambil para ilmuwan setelah menerima pengajuan aplikasi dari perusahaan produk pangan berbasis serangga Prancis, Agronutrinis.

Perusahaan ini mengharapkan produk dari ulat tepung layak tampil di rak-rak supermarket.

"Penilaian risiko EFSA (European Food Safety Authority) pertama dari serangga sebagai makanan baru dapat membuka jalan untuk persetujuan pertama di seluruh Uni Eropa," jelas Ermolaos Ververis, petugas ilmiah di badan keamanan pangan Uni Eropa, dikutip dari  The Guardian .

Dia lanjut menjelaskan, "Evaluasi risiko kami adalah langkah yang menentukan dan perlu dalam regulasi makanan dengan mendukung pembuat kebijakan di Uni Eropa dalam membuat keputusan berbasis sains dan memastikan keamanan konsumen."

Yellow mealworm atau ulat tepung termasuk keluarga besar serangga dengan komponen nutrisi utama berupa protein, lemak dan serat. Ulat tepung dianggap menawarkan sumber makanan yang berpotensi berkelanjutan dan rendah emisi karbon untuk masa depan.

Ulat ini merupakan bentuk larva dari Tenebrio molitor, spesies serangga yang termasuk dalam famili Tenebrionidae atau kumbang gelap.

Serangga ini biasanya diberi makan di peternakan dengan tepung terigu atau dedak meski sebenarnya mereka adalah serangga omnivora (pemakan segala).

Telur kumbang dewasa akan dipisahkan dengan telur kawin dengan cara diayak agar larva tumbuh terpisah.

Proses pasca panen akan meliputi membilas larva dengan air, membunuhnya dengan cara direndam dengan air mendidih hingga 5 menit, dan proses pengeringan dalam oven, pengemasan dan penyimpanan.

Akan tetapi, jenis pangan berbasis serangga mungkin tidak untuk semua orang. Mereka yang alergi udang dan tungau kemungkinan besar akan mengalami reaksi alergi di mulut dan kulit.

Terlepas dari hal itu, hingga kini sudah ada 15 aplikasi produk makanan berbasis serangga di Uni Eropa. Giovanni Sogari, peneliti sosial dan konsumen di University of Parma, mengatakan rasa mual konsumen terhadap produk pangan berbasis serangga pada akhirnya dapat hilang.

"Ada alasan kognitif yang berasal dari pengalaman sosial dan budaya kita yang menimbulkan pemikiran memakan serangga pengusir nyamuk buat banyak orang Eropa. Dengan waktu dan keterpaparan, sikap seperti itu bisa berubah," katanya.(fem/cnn)