Kisah Inspiratif Anita Roddick: Dari Membuat Sabun Hingga Sukses di Bisnis Kosmetik
FEMINIA-Sosok Anita Roddick, di Indonesia, mungkin hanya dikenal sebagai pebisnis perempuan yang sukses membangun Brand Perawatan Kecantikan Ternama The Bodyshop. Brand asal Inggris itu kini telah populer di dunia, termasuk Indonesia. Namun sesungguhnya, kisah perjuangannya sungguh inspiratif.
Anita Roddick terlahir dengan nama, Anita Perella, seorang imigran Italia yang tinggal di Inggris. ia bertemu dengan tambatan hatinya Gordon Roddick di tahun 1970. Gordon adalah seorang petualang, seniman yang juga pencinta lingkungan layaknya Anita. Setelah menikah nama Anita berubah menjadi Anita Roddick.
Awal mula The Bodyshop
Saat baru menikah, Anita dan Gordon mendirikan penginapan sekaligus restoran sederhana untuk menyokong hidup mereka. namun di tahun 1976, Gordon memutuskan untuk melakukan petualangan dengan melakukan perjalanan di benua Amerika. Yang menakjubkan, Anita justru mendukung penuh keputusan sang suami, dan memutuskan untuk menjual restoran dan penginapan mereka, satu-satunya sumber pendapatan mereka, demi membiayai perjalanan suaminya.
Untuk menyokong perekonomiannya selama sang suami berpergian, Anita memutuskan untuk membuat toko sabun sederhana. Anita mendapatkan ilmu membuat sabun alami ketika dulu ia melakukan perjalanan berkeliling dunia. Di sebuah kedai kecil di daerah Brighton, Inggris itulah, ia mulai menciptakan The Bodyshop.
Mengubah Sistem Bisnis
Sejak awal mendirikan perusahaan, Anita melakukan sesuatu yang berbeda. Keuntungan bukanlah menjadi tujuan besarnya, melainkan menciptakan sesuatu yang memberikan banyak manfaat untuk orang lain merupakan sasaran Anita. Oleh karena itu, The Bodyshop hingga kini menjalankan sistem bisnis dengan menghidupkan Community Trade. Yaitu sebuah kerjasama yang adil antara supplier dan pebisnis.
“Di The Bodyshop, saya bisa menjelaskan dari mana asal semua bahan baku kami, dari mana kami membelinya, dan saya bisa memastikan semua dilakukan dengan adil tanpa menyalahi aturan ketenagakerjaan apapun,’ ujar Lee Mann, Sustainable Sourcing Manager The Body Shop International saat ditemui Vemale di acara Brand Showcase APAC di Nepal, (6/3).
Tak hanya itu, sejak awal berbisnis, Anita menolak tegas perusakan lingkungan, animal testing, dan perbudakan dalam industri. Ini merupakan gebrakan di bisnis kecantikan saat itu yang rata-rata melakukan tes pada hewan. Hal-hal ini yang kemudian membuat The Bodyshop semakin maju. Karena para pelanggan bukan hanya percaya akan produknya, namun juga tujuan mulia di balik bisnisnya.
Peninggalan Anita Roddick Bagi Dunia
“If you think you're too small to have an impact, try going to bed with a mosquito in the room.” -Anita Roddick-
Anita menghembuskan nafas terakhirnya di tahun 2007 lalu di usia 64 tahun karena pendarahan di otaknya. Walau begitu, ia tetap ingin memberi dampak pada dunia. Secara mengejutkan, ia mendonasikan seluruh harta kekayaannya sejumlah 51 juta Pound Sterling (atau sekitar Rp974 milliar).
Salah satu Community Trade The Bodyshop di Nepal misalnya, yaitu Get Paper Industry, yang memberdayakan perempuan-perempuan Nepal sehingga mendapatkan kehidupan yang layak. Selain itu, bersama pendiri The Get Paper Industry, Milan Bhattarai, Anita juga mendirikan sekolah bagi mereka yang tak mampu di Nepal. Sekolah ini sudah berhasil meneruskan generasi muda Nepal yang berpendidikan, terutama perempuan-perempuan di sana.
Ladies, semoga kisah Anita Roddick ini bisa menjadi inspirasi kamu, untuk menjadi tangguh, dan memiliki manfaat bagi sesama.(mr/fimela)